Jakarta, 29 April 2025

Penulis – Trapz

Di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dan ketidakpastian perdagangan global, investor kini semakin melirik alternatif lindung nilai yang menawarkan stabilitas dan nilai intrinsik. Salah satu instrumen yang kini naik daun adalah kripto berbasis emas, atau gold-backed cryptocurrency—aset digital yang didukung sepenuhnya oleh cadangan emas fisik.

Meskipun pasar kripto secara umum dikenal karena volatilitasnya yang tinggi, aset digital yang ditopang emas menawarkan pendekatan yang lebih konservatif namun tetap inovatif dalam menghadapi guncangan ekonomi global. Perpaduan antara keamanan emas dan efisiensi teknologi blockchain menjadikan kripto ini solusi menarik di era ketidakpastian.

Mengapa Emas Kembali Jadi Primadona?

Sejak dulu, emas dikenal sebagai safe haven atau pelindung nilai. Ketika inflasi melonjak, nilai tukar berfluktuasi, dan ketegangan geopolitik meningkat—emas sering menjadi tempat perlindungan utama investor. Dalam beberapa bulan terakhir, harga emas telah mencapai rekor tertinggi di atas USD 2.400 per ons troy, dipicu oleh konflik di Timur Tengah, perlambatan ekonomi Tiongkok, dan kebijakan suku bunga global yang tidak menentu.

Namun, di era digital, investor modern tidak hanya mencari emas dalam bentuk fisik. Mereka mulai mengejar alternatif digital yang memungkinkan transaksi cepat, transparan, dan global—tanpa mengorbankan aspek keamanannya. Di sinilah kripto berbasis emas hadir sebagai jawaban.

Apa Itu Kripto Berbasis Emas?

Kripto berbasis emas adalah jenis stablecoin yang nilainya didukung oleh emas fisik yang disimpan oleh lembaga terpercaya. Artinya, setiap token yang diterbitkan memiliki cadangan emas nyata sebagai jaminan. Beberapa contoh populer meliputi:

  • Tether Gold (XAUT): Stablecoin yang diterbitkan oleh Tether dan didukung oleh emas batangan fisik.
  • PAX Gold (PAXG): Diterbitkan oleh Paxos Trust Company, setiap token PAXG mewakili satu ons troy emas yang disimpan di brankas London.
  • Perth Mint Gold Token (PMGT): Diterbitkan oleh Perth Mint Australia dan didukung oleh emas yang disertifikasi oleh pemerintah.

Dengan mekanisme seperti ini, investor mendapatkan keamanan emas, sekaligus kemudahan transaksi digital.

Pertumbuhan Minat Global dan Lokal

Menurut laporan dari CryptoCompare, volume perdagangan kripto berbasis emas meningkat hingga 75% sepanjang kuartal pertama 2025. Lonjakan ini bertepatan dengan melemahnya dolar AS dan munculnya kembali wacana dedolarisasi di beberapa negara berkembang. Negara-negara seperti Tiongkok, Rusia, dan bahkan Brasil mulai mencari alternatif cadangan devisa, dan emas—serta kripto berbasis emas—menjadi opsi menarik.

Di Indonesia sendiri, minat terhadap kripto berbasis emas juga meningkat. Beberapa platform lokal seperti Tokocrypto, Pintu, dan Rekeningku telah mulai menawarkan PAXG dan XAUT kepada pengguna mereka. Keunggulan token ini adalah kemampuannya untuk mewakili kepemilikan emas tanpa harus repot dengan logistik penyimpanan fisik.

“Banyak investor ritel mulai melihat kripto berbasis emas sebagai kombinasi ideal antara stabilitas emas dan kemudahan blockchain,” kata Wira Saputra, analis pasar aset digital di Jakarta.

Stabilitas di Tengah Gejolak Pasar

Keunggulan utama kripto berbasis emas adalah stabilitas nilai. Di saat stablecoin berbasis fiat seperti USDT atau USDC berisiko terkena dampak kebijakan moneter AS, token berbasis emas lebih tahan terhadap fluktuasi politik atau inflasi.

Di tengah kecemasan akan default utang AS, ketegangan dagang antara AS dan Tiongkok, serta krisis pasokan energi global, investor mengalihkan dana mereka ke aset yang lebih tahan terhadap guncangan sistemik. Kripto berbasis emas memberikan lindung nilai tidak hanya terhadap inflasi, tetapi juga terhadap risiko sistemik sektor keuangan tradisional.

Tantangan yang Dihadapi

Meski potensinya besar, kripto berbasis emas masih menghadapi beberapa tantangan, antara lain:

  1. Likuiditas Terbatas: Volume perdagangan masih jauh di bawah stablecoin berbasis fiat.
  2. Kredibilitas Penjamin: Transparansi cadangan emas dan kepercayaan terhadap lembaga penyimpan menjadi faktor penting.
  3. Regulasi: Di banyak negara, termasuk Indonesia, regulasi mengenai stablecoin berbasis komoditas masih dalam tahap awal.

Namun, banyak pelaku pasar percaya bahwa tantangan-tantangan ini bisa diatasi seiring dengan peningkatan adopsi dan penguatan infrastruktur hukum.

Masa Depan Kripto Berbasis Emas

Analis memperkirakan bahwa dalam lima tahun ke depan, kripto berbasis emas dapat menjadi salah satu kategori aset digital paling diminati, terutama di pasar negara berkembang yang cenderung sensitif terhadap fluktuasi mata uang dan inflasi tinggi.

Lembaga keuangan konvensional pun mulai melirik segmen ini. Beberapa bank di Timur Tengah dan Asia Tengah bahkan mulai menjajaki peluncuran stablecoin emas versi mereka sendiri untuk mendukung perdagangan lintas negara.

“Kami percaya emas akan tetap menjadi penyangga nilai utama, dan dalam bentuk token, nilainya menjadi lebih likuid dan dapat diakses oleh siapa saja,” ujar Dr. Leila Rahmani, ekonom dari Dubai International Financial Centre.

Penutup

Di tengah dunia yang semakin tidak pasti, investor global mencari cara baru untuk melindungi kekayaan mereka. Kripto berbasis emas hadir sebagai jawaban atas kebutuhan akan kestabilan, transparansi, dan kemudahan dalam satu paket yang terintegrasi.

Bagi investor Indonesia, khususnya yang ingin mendiversifikasi portofolio digital mereka, kripto berbasis emas bisa menjadi opsi menarik yang menggabungkan keunggulan klasik dan modern.


Meta Description :

Di tengah ketidakpastian global, kripto berbasis emas semakin dilirik sebagai alternatif investasi stabil. Pelajari potensinya di tengah gejolak pasar dunia.

Tagar :

#KriptoEmas #GoldBackedCrypto #InvestasiDigital #AsetKripto #BlockchainIndonesia #PAXG #XAUT #CryptoStablecoin #InvestasiAman #KriptoIndonesia